Thursday, November 13, 2014
Hi, udah lama kayanya gak tulis2 and rasa kangen nulis ada juga. Niat nya mau lanjutin nulis lagi biar nanti rasheed bisa baca2 blog mommy... :) In syaa Allah mulai lagi deh
Hi, udah lama kayanya gak tulis2 and rasa kangen nulis ada juga. Niat nya mau lanjutin nulis lagi biar nanti rasheed bisa baca2 blog mommy... :) In syaa Allah mulai lagi deh
Posted by Desy S. Satria at 6:28 PM 0 comments
Posted by Desy S. Satria at 5:37 PM 0 comments
Posted by Desy S. Satria at 10:08 PM 2 comments
"Why do we read quran, even when we do not understand even a single arabic word?"
(Part 1)
Sebuah tulisan indah yg amat menyentuh hati yg ketika coba terjemahkan dgn judul di atas,
"Mengapa membaca Al qur’an ketika kita tak mengerti artinya?"
Seorang muslim tua Amerika tinggal di sebuah perkebunan/area di sebelah timur Pegunungan Kentucky bersama cucu laki2nya. Setiap pagi Sang kakek bangun pagi n' duduk dekat perapian membaca Al-qur’an. Sang cucu ingin menjadi spt kakeknya n' memcoba menirunya yg disaksikannya setiap hari.
Suatu hari ia bertanya pada kakeknya, "Kakek, aku coba membaca Al-Qur’an spt-mu tp aku tak bisa memahaminya, n' walaupun ada sedikit yg aku pahami segera aku lupa begitu aku selesai membaca n' menutupnya. Jd apa gunanya membaca Al-quran jika tak memahami artinya?"
Sang kakek dgn tenang sambil meletakkan batu2 di perapian, menjawab pertanyaan sang cucu, "Cobalah ambil sebuah keranjang batu ini n' bawa ke sungai, n' bawakan aku kembali dgn sekeranjang air."
Anak itu mengerjakan spt yg diperintahkan kakeknya, tp semua air yg dibawa habis sebelum dia sampai di rumah. Kakeknya tertawa n' berkata, "Kamu hrs berusaha lbh keras n' lbh cepat lain kali."
Kakek itu meminta cucunya utk kembali ke sungai bersama keranjangnya utk mencoba lagi. Kali ini anak itu berlari lebih cepat, tp lagi2 keranjangnya kosong sebelum sampai di rumah.
Dgn terengah-engah dia mengatakan kpd kakeknya, tdk mungkin membawa sekeranjang air n' dia pergi utk mencari sebuah ember utk mengganti keranjangnya.
(Part 2)
Kakeknya mengatakan, "Aku tdk ingin seember air, aku ingin sekeranjang air. Kamu hrs mencoba lagi lebih keras."
n' dia pergi ke luar utk menyaksikan cucunya mencoba lagi. Pd saat itu, anak itu tahu bahwa hal ini tdk mungkin, tp dia ingin menunjukkan kpd kakeknya bahwa meskipun dia berlari secepat mungkin, air tetap akan habis sebelum sampai di rumah. Anak itu kembali mengambil n' mencelupkan keranjangnya ke sungai n' kemudian berusaha berlari secepat mungkin, tp ketika sampai di depan kakeknya, keranjang itu kosong lagi. Dgn terengah-engah, ia berkata, "Kakek, ini tdk ada gunanya. Sia2 saja."
Sang kakek menjwb, "Nak, mengapa kamu berpikir ini tak ada gunanya? Coba lihat n' perhatikan baik2 keranjang itu."
Anak itu memperhatikan keranjangnya n' baru ia menyadari bahwa keranjangnya nampak sgt berbeda. Keranjang itu telah berubah dari sebuah keranjang batu yg kotor, n' sekarang menjadi sebuah keranjang yg bersih, luar n' dalam.
"Cucuku, demikianlah yg terjadi ketika engkau membaca Al qur'an. Boleh jd, engkau mungkin tdk mengerti atau tdk bisa mengingat apa yg engkau baca darinya. Namun ketika engkau membacanya, engkau akan dibersihkan n' mengalami perubahan, baik luar maupun dalam. Itulah kekuasaan n' nikmat Allah kpd kita!"
Subhanallah...
Di Kutip dari Blog Sahabat Muslim
Posted by Desy S. Satria at 9:57 PM 0 comments
Posted by Desy S. Satria at 11:45 PM 0 comments
1
Seminggu lalu
datanglah undangan
untuk kami anak-anak penghuni panti asuhan
diantarkan seorang ibu
dan anak gadisnya.
Sekolahnya kira-kira di SMA
mereka naik Corolla biru
dari pakaian, cara bicara dan perilaku
kelihatan tamu ini orang gedongan
golongan yang hidup lebih dari kecukupan.
Mereka mengundang
anak-anak panti asuhan
untuk ikut acara ulang tahun
Rebo jam tujuh malam.
Dan berangkatlah kami pada waktu yang ditentukan
berjumlah dua puluh tiga, termasuk bapak dan ibu asrama
jalan kaki bersama, karena jaraknya cuma terpisah sepuluh rumah saja.
Rombongan disilakan masuk dengan ramah
dan anak-anak berusaha duduk di belakang-belakang saja
tapi disuruh berbaur dengan tamu-tamu lainnya
para remaja belasan tahun
mereka sehat-sehat, harum-harum
berbaju mahal dan tembem-tembem pipinya
saya berjuang melawan sifat minder saya
duduk di tengah ruang tamu yang luas.
Di atas karpet bersila, pegal dan canggung
di antara jajaran barang antik dan macam-macam perabotan
di bawah lampu kristal bergelantungan.
Tapi alangkah aku jadi heran
tidak ada acara potong kue dan tiup lilin
tidak ada tepuk tangan mengiringi
lagu Hepi-Bisde-TuyuHepi-Bisde-Tuyu.
2
Lalu seorang remaja membaca
Surah Luqman dengan suara amat merdunya
dan suaranya berubah jadi untaian mutiara
yang berkilauan jadi kalung di leher pendengarnya.
Kemudian
Lia yang berulang tahun
berpidato sangat mengharukan
dalam acara seperti ini
bukan saya yang jadi pusat perhatian
diperingati atau dihargai
tapi mamaya, mama kita
ibunda kita dan ayahanda.
Ibunda dan ayahanda
pusat perhatian kita.
Hari ini, enam belas tahun yang lalu
mama melahirkan saya
posisi saya sungsang
saya terlalu besar
jadi mama harus sectio caesaria
mama dibedah,berdarah-darah
seluruh keluarga khawatir dan berdoa
di luar ruang operasi
duduk menanti berita
dalam kecemasan luar biasa
tapi alhamdulillah
kelahiran selamat
walaupun mama sangat menderita
Sekarang ini, enam belas tahun kemudian
ulang tahun saya dirayakan
saya pikir, tidak logis saya jadi pusat perhatian
harus mama yang jadi pusat perhatian
mama. Bukan saya
saya pikir, tidak logis saya minta kado
harus mama yang diberi kado
Anak gadis itu berhenti sebentar
dia sangat terharu
kemudian dia mengambil sebuah bungkusan
kertas berkilat, diikat pita berbentuk bunga.
Mama
terima kasih mama, terima kasih
mama telah melahirkan
saya dengan susah payah
mama menyabung nyawa
berdarah-darah.
Persis malam ini, 16 tahun yang lalu
terimalah rasa terima kasih ananda
tidak seberapa harganya.
Mamanya berdiri
terpukau pada kata-kata anak gadisnya
terharu pada jalan pikirannya
yang dia tak sangka-sangka
dia langsung memeluk anaknya
terguguk-guguk menangis
keduanya tersedu-sedu
hadirin menitikkan air mata pula
suasana mencekam terasa
dan hening agak lama
3
Kemudian kakak pembawa acara berkata
para hadirin yang mulia
ini memang kejutan bagi kita
karena dengan tahun yang lalu
acara ini berbeda
Lia tidak mau tiup lilin jadi acara
karena ditemukannya di ensiklopedia
Manusia di Zaman Batu di Eropah
percaya pada kekuatan nyala lilin, begitu tahayulnya
bisa mengusir sihir, roh jahat, leak dan memedi
begitu katanya termasuk si jundai, setan, hantu, kuntilanak dan gendruwo.
Dan itu berlanjut ke zaman Romawi kuno
lalu dikarang lagi
berikutnya superstisiya
itu apabila lilin-lilin itu sekali tiup nyalanya semua mati.
Maka akan terkabul apa yang jadi cita-cita di dalam hati.
Lia tidak mau acara ulang tahunnya
oleh tahayul jadi bernoda acara yang ditentukan oleh budaya jahiliah zaman purbakala.
Katanya: “Kok tiupan nyala 16 lilin bisa menentukan nasib saya?
Allah yang menentukan nasib saya.
Sesudah kerja keras saya
saya tidak mau dibodoh-bodohi tahayul
walaupun itu datangnya dari barat atau pun timur juga.
Saya tidak mau dibodoh-bodohi budaya mereka
minta kado dari papa dan mama
minta kado dari keluarga dan
kawan-kawan saya.
Saya tidak mau cuma jadi kawanan burung kakak tua
burung beo yang pintar meniru adat Belanda dan Amerika
dalam acara ulang tahun kita
begitu katanya.
Sesudah bertangis-tangisan dengan ibunya
berkatalah yang berulang tahun itu
Hadiah paling saya harapkan dari kalian adalah
doa bersama sesudah ham dalah dan salawat
karena saya ingin jadi anak yang baik laku
jadi perhiasan di leher ibuku
jadi penyenang hati ayahku
rukun dengan kakak-kakak dan adik-adik
kubertegur-sapa dengan semua tetangga
dan kelak ketika dewasa berguna bagi Indonesia.
4
Anak yatim piatu yang mendapat undangan itu
lihatlah bersama kawan-kawannya
disilakan makan bersama-sama
dengarlah kisah kesannya.
Kini, dalam acara makan kunikmati nasi beras Rajalele yang putih gurih
dendeng tipis balado, ikan emas panggang dan udang goreng,
besar dan gemuk-gemuk
belum pernah aku memegang udang sebesar itu.
Di asrama ikan asin dan tempe seperti nyanyian yang nyaris abadi
kadang-kadang makan pun cuma sekali sehari.
Ketika kulayangkan pandangku ke depan
kulihat tuan rumah yang baik hati itu bapak dan ibu itu
berdiri bersama Lia anak gadisnya berbicara amat mesranya.
Kubayangkan ayahku almarhum
mungkin seusia dengan bapak ini
beliau meninggal ketika umurku setahun.
Kubayangkan ibuku almarhumah
wafat ketika aku kelas enam SD
mungkin seusia pula dengan ibu itu.
Tidak pernah aku merayakan ulang tahunku
Tidak pernah.
Semoga sorga firdaus jua
Bagi ibu bapakku
Panas mengembang di atas pipiku
tak tertahan
titik air mataku.
Taufik Ismail, 2007
(Terimakasih Ust. Hermawan Al Ghifari atas koleksinya)
Posted by Desy S. Satria at 8:54 AM 0 comments
5 years ago around this time we were in delivery room waiting for our little Rasheed to come to this beautiful world. It felt yesterday mommy hold you for the first time, in 5 more hours you'll be 5 years old, buddy. I am so proud to be your mommy... Happy 5th birthday...
Loves you always,
Mommy
Posted by Desy S. Satria at 11:40 PM 0 comments